BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Istirahat dan tidur merupakan kebutuhan dasar yang dibutuhkan oleh semua orang. Untuk dapat berfungsi secara optimal, maka setiap orang memerlukan istirahat dan tidur yang cukup. Secara umum, istirahat merupakan keadaan yang tenang, relaks tanpa tekanan emosional, dan bebas dari kegelisahan. (Wahit dan Nurul, 2007).
Sedangkan tidur
adalah status perubahan kesadaran ketika persepsi dan reaksi individu terhadap
lingkungan menurun.Hampir sepertiga waktu dari kita, kita gunakan untuk tidur.
Hal tersebut didasarkan pada keyakinan bahwa tidur memulihkan atau
mengistirahatkan fisik setelah seharian beraktivitas, mengurangi factor dan
kecemasan, serta dapat meningkatkan kemampuan dan konsentrasi saat hendak
melakukan aktivitas sehari-hari.
Tidak terkecuali juga pada orang yang sedang menderita sakit, mereka juga memerlukan istirahat dan tidur yang memadai. Namun dalam keadaan sakit, pola tidur seseorang biasanya terganggu, sehingga perawat perlu berupaya untuk mencukupi ataupun memenuhi kebutuhan tidur tersebut.
Karena itulah penulis akan membahas tentang konsep istirahat dan tidur untuk mengetahui pengertian dari istirahat dan tidur, tahapan tidur, factor-faktor yang mempengaruhi kuantitas dan kualitas tidur, serta gangguan tidur yang sering terjadi.
B. TUJUAN
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan istirahat dan tidur
2. Untuk mengetahui apa saja tahapan tidur
3. Untuk mengetahui apa saja actor-faktor yang mempengaruhi kuantitas dan kualitas tidur
4. Untuk mengetahui apa saja gangguan tidur yang sering terjadi
Tidak terkecuali juga pada orang yang sedang menderita sakit, mereka juga memerlukan istirahat dan tidur yang memadai. Namun dalam keadaan sakit, pola tidur seseorang biasanya terganggu, sehingga perawat perlu berupaya untuk mencukupi ataupun memenuhi kebutuhan tidur tersebut.
Karena itulah penulis akan membahas tentang konsep istirahat dan tidur untuk mengetahui pengertian dari istirahat dan tidur, tahapan tidur, factor-faktor yang mempengaruhi kuantitas dan kualitas tidur, serta gangguan tidur yang sering terjadi.
B. TUJUAN
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan istirahat dan tidur
2. Untuk mengetahui apa saja tahapan tidur
3. Untuk mengetahui apa saja actor-faktor yang mempengaruhi kuantitas dan kualitas tidur
4. Untuk mengetahui apa saja gangguan tidur yang sering terjadi
1
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A. Pengertian Istirahat dan Tidur
Istirahat merupakan keadaan yang tenang, relaks tanpa tekanan emosional, dan bebas dari kegelisahan. (Wahit dan Nurul, 2007).
Enam (6) ciri yang dialami
seseorang berkaitan dengan istirahat, yaitu:
- Merasa bahwa segala sesuatu dapat diatasi.
- Merasa diterima.
- Mengetahui apa yang sedang terjadi.
- Bebas dari gangguan dan ketidaknyamanan.
- Mempunyai rencana-rencana kegiatan yang memuaskan.
- Mengetahui adanya bantuan sewaktu memerlukan. (Erfandi, 2008, Konsep Dasar Istirahat dan Tidur, http://forbetterhealth.wordpress.com/2008/12/22/konsep-dasar-istirahat-dan-tidur/)
Sedangkan pengertian tidur antara lain:
a. Tidur berasal dari kata bahasa Latin “somnus” yang berarti alami periode pemulihan, keadaan fisiologi dari istirahat untuk tubuh dan pikiran.
b. Tidur adalah status perubahan kesadaran ketika persepsi dan reaksi individu terhadap lingkungan menurun. (Wahit dan Nurul, 2007).
c. Tidur merupakan keadaan hilangnya kesadaran secara normal dan periodik (Lanywati, 2001).
d. Tidur merupakan suatu keadaan tidak sadar yang dialami seseorang yang dapat dibangunkan kembali dengan indra atau rangsangan yang cukup (Guyton 1981 : 679).
- Merasa bahwa segala sesuatu dapat diatasi.
- Merasa diterima.
- Mengetahui apa yang sedang terjadi.
- Bebas dari gangguan dan ketidaknyamanan.
- Mempunyai rencana-rencana kegiatan yang memuaskan.
- Mengetahui adanya bantuan sewaktu memerlukan. (Erfandi, 2008, Konsep Dasar Istirahat dan Tidur, http://forbetterhealth.wordpress.com/2008/12/22/konsep-dasar-istirahat-dan-tidur/)
Sedangkan pengertian tidur antara lain:
a. Tidur berasal dari kata bahasa Latin “somnus” yang berarti alami periode pemulihan, keadaan fisiologi dari istirahat untuk tubuh dan pikiran.
b. Tidur adalah status perubahan kesadaran ketika persepsi dan reaksi individu terhadap lingkungan menurun. (Wahit dan Nurul, 2007).
c. Tidur merupakan keadaan hilangnya kesadaran secara normal dan periodik (Lanywati, 2001).
d. Tidur merupakan suatu keadaan tidak sadar yang dialami seseorang yang dapat dibangunkan kembali dengan indra atau rangsangan yang cukup (Guyton 1981 : 679).
Tidur dikarakteristikkan dengan aktivitas fisik yang minimal, tingkat kesadaran yang bervariasi, perubahan proses fisiologi tubuh, dan penurunan respon terhadap stimulus eksternal.
B. Fisiologi
Aktivitas tidur diatur dan dikontrol oleh dua sistem pada batang otak, yaitu Reticular Activating System (RAS) dan Bulbar Synchronizing Region (BSR).RAS di bagian atas batang otak diyakini memiliki sel-sel khusus yang dapat mempertahankan kewaspadaan dan kesadaran, memberi stimulus visual, pendengaran, nyeri, dan sensori raba, serta emosi dan
2
proses berpikir. Pada saat sadar
RAS melepaskan katekolamin, sedangkan pada saat tidur terjadi pelepasan serum
serotonin dari BSR (Tarwoto dan Wartonah, 2003 dalam Wahit dan Nurul 2007).
D. Tahapan Tidur
Berdasarkan penelitian para ahli dengan menggunakan bantuan alat Elektro Encephalo Graph (EEG), Elektro-Okulogrram (EOG), dan Elektrokiogram (EMG), diketahui ada 2 tahapan tidur, yaitu:
1. NREM atau pola tidur biasa
Pola atau tipe tidur biasa ini juga disebut NREM (Non Rapid Eye Movement = Gerakan mata tidak cepat). Pola tidur NREM merupakan tidur yang nyaman dan dalam tidur gelombang pendek karena gelombang otak selama NREM lebih lambat daripada gelombang alpha dan beta pada orang yang sadar atau tidak dalam keadaan tidur. Tanda-tanda tidur NREM adalah :
a. Mimpi berkurang
b. Keadaan istirahat (otot mulai berelaksasi)
c. Tekanan darah turun
d. Kecepatan pernafasan turun
e. Metabolisme turun
f. Gerakan mata lambat
Fase NREM atau tidur biasa ini berlangsung ± 1 jam dan pada fase ini biasanya orang masih bisa mendengarkan suara di sekitarnya, sehingga dengan demikian akan mudah terbangun dari tidurnya. Tidur NREM ini sendiri terdiri dari 4 tahap, yaitu:
a. Tahap I
Tahap ini merupakan tahap transisi, berlangsung selama 5 menit yang mana seseorang beralih dari sadar menjadi tidur. Seseorang merasa kabur dan relaks, mata bergerak ke kanan dan ke kiri, kecepatan jantung dan pernafasan turun secara jelas. Gelombang alfa sewaktu seseorang masih sadar diganti dengan gelombang betha yang lebih lambat. Seseorang yang tidur pada tahap I dapat di bangunkan dengan mudah.
b. Tahap II
Tahap ini merupakan tahap tidur ringan, dan proses tubuh terus menurun. Mata masih bergerak-gerak, kecepatan jantung dan pernafasan turun dengan jelas, suhu tubuh dan metabolisme menurun. Gelombang otak ditandai dengan “sleep spindles” dan gelombang K komplek.
Berdasarkan penelitian para ahli dengan menggunakan bantuan alat Elektro Encephalo Graph (EEG), Elektro-Okulogrram (EOG), dan Elektrokiogram (EMG), diketahui ada 2 tahapan tidur, yaitu:
1. NREM atau pola tidur biasa
Pola atau tipe tidur biasa ini juga disebut NREM (Non Rapid Eye Movement = Gerakan mata tidak cepat). Pola tidur NREM merupakan tidur yang nyaman dan dalam tidur gelombang pendek karena gelombang otak selama NREM lebih lambat daripada gelombang alpha dan beta pada orang yang sadar atau tidak dalam keadaan tidur. Tanda-tanda tidur NREM adalah :
a. Mimpi berkurang
b. Keadaan istirahat (otot mulai berelaksasi)
c. Tekanan darah turun
d. Kecepatan pernafasan turun
e. Metabolisme turun
f. Gerakan mata lambat
Fase NREM atau tidur biasa ini berlangsung ± 1 jam dan pada fase ini biasanya orang masih bisa mendengarkan suara di sekitarnya, sehingga dengan demikian akan mudah terbangun dari tidurnya. Tidur NREM ini sendiri terdiri dari 4 tahap, yaitu:
a. Tahap I
Tahap ini merupakan tahap transisi, berlangsung selama 5 menit yang mana seseorang beralih dari sadar menjadi tidur. Seseorang merasa kabur dan relaks, mata bergerak ke kanan dan ke kiri, kecepatan jantung dan pernafasan turun secara jelas. Gelombang alfa sewaktu seseorang masih sadar diganti dengan gelombang betha yang lebih lambat. Seseorang yang tidur pada tahap I dapat di bangunkan dengan mudah.
b. Tahap II
Tahap ini merupakan tahap tidur ringan, dan proses tubuh terus menurun. Mata masih bergerak-gerak, kecepatan jantung dan pernafasan turun dengan jelas, suhu tubuh dan metabolisme menurun. Gelombang otak ditandai dengan “sleep spindles” dan gelombang K komplek.
3
Tahap II berlangsung pendek dan berakhir dalam
waktu 10 sampai dengan 15 menit.
c. Tahap III
Pada tahap ini kecepatan jantung, pernafasan serta proses tubuh berlanjut mengalami penurunan akibat dominasi sistem syaraf parasimpatik. Seseorang menjadi lebih sulit dibangunkan. Gelombang otak menjadi lebih teratur dan terdapat penambahan gelombang delta yang lambat.
d. Tahap IV
Tahap ini merupakan tahap tidur dalam yang ditandai dengan predominasi gelombang delta yang melambat. Kecepatan jantung dan pernafasan turun. Seseorang dalam keadaan rileks, jarang bergerak dan sulit dibangunkan. Siklus tidur sebagian besar merupakan tidur NREM dan berakhir dengan tidur REM.
2. REM atau Pola Tidur Paradoksikal
Pola atau tipe tidur paradoksikal ini disebut juga (Rapid Eye Movement = Gerakan Mata Cepat). Tidur tipe ini disebut “Paradoksikal” karena hal ini bersifat “Paradoks”, yaitu seseorang dapat tetap tertidur walaupun aktivitas otaknya nyata. Ringkasnya, tidur REM atau Paradoks ini merupakan pola atau tipe tidur di mana otak benar-benar dalam keadaan aktif. Namun, aktivitas otak tidak disalurkan ke arah yang sesuai agar orang itu tanggap penuh terhadap keadaan sekelilingnya kemudian terbangun. Pola atau tipe tidur ini, ditandai dengan:
a. Mimpi yang bermacam-macam
Perbedaan antara mimpi-mimpi yang timbul sewaktu tahap tidur NREM dan tahap tidur REM adalah bahwa mimpi yang timbul pada tahap tidur REM dapat diingat kembali, sedangkan mimpi selama tahap tidur NREM biasanya tak dapat diingat. Jadi selama tidur NREM tidak terjadi konsolidasi mimpi dalam ingatan.
b. Mengigau atau bahkan mendengkur
c. Otot-otot kendor (relaksasi total)
d. Kecepatan jantung dan pernafasan tidak teratur, sering lebih cepat
e. Perubahan tekanan darah
f. Gerakan otot tidak teratur
g. Gerakan mata cepat
h. Pembebasan steroid
i. Sekresi lambung meningkat
j. Ereksi penis pada pria
c. Tahap III
Pada tahap ini kecepatan jantung, pernafasan serta proses tubuh berlanjut mengalami penurunan akibat dominasi sistem syaraf parasimpatik. Seseorang menjadi lebih sulit dibangunkan. Gelombang otak menjadi lebih teratur dan terdapat penambahan gelombang delta yang lambat.
d. Tahap IV
Tahap ini merupakan tahap tidur dalam yang ditandai dengan predominasi gelombang delta yang melambat. Kecepatan jantung dan pernafasan turun. Seseorang dalam keadaan rileks, jarang bergerak dan sulit dibangunkan. Siklus tidur sebagian besar merupakan tidur NREM dan berakhir dengan tidur REM.
2. REM atau Pola Tidur Paradoksikal
Pola atau tipe tidur paradoksikal ini disebut juga (Rapid Eye Movement = Gerakan Mata Cepat). Tidur tipe ini disebut “Paradoksikal” karena hal ini bersifat “Paradoks”, yaitu seseorang dapat tetap tertidur walaupun aktivitas otaknya nyata. Ringkasnya, tidur REM atau Paradoks ini merupakan pola atau tipe tidur di mana otak benar-benar dalam keadaan aktif. Namun, aktivitas otak tidak disalurkan ke arah yang sesuai agar orang itu tanggap penuh terhadap keadaan sekelilingnya kemudian terbangun. Pola atau tipe tidur ini, ditandai dengan:
a. Mimpi yang bermacam-macam
Perbedaan antara mimpi-mimpi yang timbul sewaktu tahap tidur NREM dan tahap tidur REM adalah bahwa mimpi yang timbul pada tahap tidur REM dapat diingat kembali, sedangkan mimpi selama tahap tidur NREM biasanya tak dapat diingat. Jadi selama tidur NREM tidak terjadi konsolidasi mimpi dalam ingatan.
b. Mengigau atau bahkan mendengkur
c. Otot-otot kendor (relaksasi total)
d. Kecepatan jantung dan pernafasan tidak teratur, sering lebih cepat
e. Perubahan tekanan darah
f. Gerakan otot tidak teratur
g. Gerakan mata cepat
h. Pembebasan steroid
i. Sekresi lambung meningkat
j. Ereksi penis pada pria
Syaraf-syaraf simpatik bekerja
selama tidur REM. Dalam tidur REM diperkirakan terjadi proses penyimpanan
secara mental yang digunakan sebagai pelajaran, adaptasi psikologis dan memori
(Hayter, 1980:458). Fase tidur REM (fase tidur nyenyak) ini berlangsung selama
± 20 menit. Dalam tidur malam yang berlangsung selama 6 – 8 jam, kedua pola
tidur tersebut (REM dan NREM) terjadi secara bergantian sebanyak 4 – 6 siklus.
E. Siklus Tidur
Selama tidur, individu melewati tahap tidur NREM dan REM. Siklus tidur yang komplek normalnya berlangsung, selama 1,5 jam, dan setiap orang biasanya melalui 4 hingga 5 siklus selama 7 sampai 8 jam tidur. Siklus tersebut dimulai dari tahap NREM yang berlanjut ke tahap REM. Tahap NREM I – III berlangsung selama 30 menit, kemudian diteruskan ke tahap IV selama kurang lebih 20 menit. Setelah itu, individu kembali ke tahap III dan II selam 20 menit. Tahap I REM muncul sesudahnya dan berlangsung selama 10 menit.
E. Siklus Tidur
Selama tidur, individu melewati tahap tidur NREM dan REM. Siklus tidur yang komplek normalnya berlangsung, selama 1,5 jam, dan setiap orang biasanya melalui 4 hingga 5 siklus selama 7 sampai 8 jam tidur. Siklus tersebut dimulai dari tahap NREM yang berlanjut ke tahap REM. Tahap NREM I – III berlangsung selama 30 menit, kemudian diteruskan ke tahap IV selama kurang lebih 20 menit. Setelah itu, individu kembali ke tahap III dan II selam 20 menit. Tahap I REM muncul sesudahnya dan berlangsung selama 10 menit.
Bayi baru lahir : Lama tidur 14-18 jam/hari dengan 50% REM dan 1 siklus tidur rata-rata 45-60 menit
Bayi(s/d 1 thn) : 1 siklus tidur rata-rata 12-14 jam/hari dengan 20-30% REM dan tidur sepanjang malam
Todler(1-3 thn): Lama tidur 11-12 jam/hari dengan 25% REM dan Tidur sepanjang malam + tidur siang
Pra sekolah : ± 11 jam/hari dengan 20% REM
Usia sekolah : ± 10 jam/hari dengan 18,5% REM
Usia sekolah : ± 10 jam/hari dengan 18,5% REM
Adolescent : ± 8,5 jam/hari dengan 20% REM
Dewasa muda : 7-8 jam/hari dengan 20-25% REM
Dewasa menengah : ± 7 jam/hari dengan 20% REM dan sering sulit tidur
Dewasa tua : ± 6 jam/hari dengan 20-25% REM dan sering sulit tidur
G. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Kuantitas dan Kualitas Tidur
1. Penyakit
Penyakit dapat menyebabkan nyeri atau distress fisik yang dapat menyebabkan gangguan tidur. Individu yang sakit membutuhkan waktu tidur yang banyak daripada biasanya. Di samping itu siklus bangun-tidur selama sakit dapat mengalami gangguan.
2. Lingkungan
Lingkungan dapat membantu sekaligus menghambat proses tidur. Tidak adanya stimulus tertentu atau adanya stimulus yang asing yang dapat menghambat upaya tidur.
3. Kelelahan
Kondisi tubuh yang lelah dapat mempengaruhi pola tidur seseorang. Semakin lelah seseorang, semakin pendek siklus REM yang dilaluinya. Setelah beristirahat biasanya siklus REM akan kembali memanjang.
4. Gaya hidup
Individu yang sering berganti jam kerja harus mengatur aktivitasnya agar bisa tidur dalam waktu yang tepat.
5. Stres emosional
Anxietas (kegelisahan) dan depresi seringkali mengganggu tidur seseorang. Kondisi anxietas dapat meningkatkan kadar norepinefrin darah melalui stimulus saraf simpatis. Kondisi ini menyebabkan berkurangnya siklus REM tahap IV dan tidur REM serta seringnya terjaga saat tidur.
6. Stimulan dan alcohol
Kafein yang terkandung dalam beberapa minuman dapat merangsang SSP (Sistem Saraf Pusat) sehingga dapat mengganggu pola tidur. Sedangkan konsumsi alkohol yang berlebihan dapat menganggu siklus tidur REM. Ketika pengaruh alkohol telah hilang, individu sering mengalami mimpi buruk.
7. Diet
Penurunan berat badan dikaitkan dengan penurunan waktu tidur dan seringnya terjaga disaat malam hari.
8. Merokok
Nikotin yang terkandungdalam rokok memiliki efek stimulasi pada tubuh. Akibatnya, perokok sering kali kesulitan untuk tidur dan mudah terbangun di malam hari.
1. Penyakit
Penyakit dapat menyebabkan nyeri atau distress fisik yang dapat menyebabkan gangguan tidur. Individu yang sakit membutuhkan waktu tidur yang banyak daripada biasanya. Di samping itu siklus bangun-tidur selama sakit dapat mengalami gangguan.
2. Lingkungan
Lingkungan dapat membantu sekaligus menghambat proses tidur. Tidak adanya stimulus tertentu atau adanya stimulus yang asing yang dapat menghambat upaya tidur.
3. Kelelahan
Kondisi tubuh yang lelah dapat mempengaruhi pola tidur seseorang. Semakin lelah seseorang, semakin pendek siklus REM yang dilaluinya. Setelah beristirahat biasanya siklus REM akan kembali memanjang.
4. Gaya hidup
Individu yang sering berganti jam kerja harus mengatur aktivitasnya agar bisa tidur dalam waktu yang tepat.
5. Stres emosional
Anxietas (kegelisahan) dan depresi seringkali mengganggu tidur seseorang. Kondisi anxietas dapat meningkatkan kadar norepinefrin darah melalui stimulus saraf simpatis. Kondisi ini menyebabkan berkurangnya siklus REM tahap IV dan tidur REM serta seringnya terjaga saat tidur.
6. Stimulan dan alcohol
Kafein yang terkandung dalam beberapa minuman dapat merangsang SSP (Sistem Saraf Pusat) sehingga dapat mengganggu pola tidur. Sedangkan konsumsi alkohol yang berlebihan dapat menganggu siklus tidur REM. Ketika pengaruh alkohol telah hilang, individu sering mengalami mimpi buruk.
7. Diet
Penurunan berat badan dikaitkan dengan penurunan waktu tidur dan seringnya terjaga disaat malam hari.
8. Merokok
Nikotin yang terkandungdalam rokok memiliki efek stimulasi pada tubuh. Akibatnya, perokok sering kali kesulitan untuk tidur dan mudah terbangun di malam hari.
9. Medikasi
Obat-obatan tertentu dapat mempengaruhi kualitas tidur seseorang. Hiptonik dapat mengganggu tahap III dan IV tidur NREM, betabloker dapat menyebabkan insomnia dan mimpi buruk, sedangkan narkotik (misalnya, meperidin hidroklorida dan morfin) diketahui dapat menekan tidur REM dan menyebabkan seringnya terjaga di malam hari.
10. Motivasi
Keinginan untuk tetap terjaga terkadang dapat menutupi perasaan lelah seseorang. Sebaliknya, perasaan bosan atau tidak adanya motivasi untuk terjaga sering kali dapat mendatangkan kantuk
H. Fungsi tidur (Delment & Wolman):
Obat-obatan tertentu dapat mempengaruhi kualitas tidur seseorang. Hiptonik dapat mengganggu tahap III dan IV tidur NREM, betabloker dapat menyebabkan insomnia dan mimpi buruk, sedangkan narkotik (misalnya, meperidin hidroklorida dan morfin) diketahui dapat menekan tidur REM dan menyebabkan seringnya terjaga di malam hari.
10. Motivasi
Keinginan untuk tetap terjaga terkadang dapat menutupi perasaan lelah seseorang. Sebaliknya, perasaan bosan atau tidak adanya motivasi untuk terjaga sering kali dapat mendatangkan kantuk
H. Fungsi tidur (Delment & Wolman):
Ø Beradaptasi
terhadap rangsangan yang dapat menimbulkan kecemasan.
Ø Memperbaiki
ingatan.
Ø Mempermudah
mempelajari sesuatu serta dalam mengatasi masalah-masalah yang sulit.
Ø Relaksasi
I. Gangguan-Gangguan Tidur yang Sering Terjadi
1. Insomnia
Insomnia adalah ketidakmampuan memenuhi kebutuhan tidur, baik secara kualitas maupun kuantitas. Ada 3 jenis insomnia, yaitu:
a. Insomnia inisial, yaitu kesulitan untuk memulai tidur.
b. Insomnia intermiten, yaitu kesulitan untuk tetap tertidur karena seringnya terjaga.
c. Insomnia terminal, yaitu bangun terlalu dini dan sulit untuk tidur kembali.
2. Parasomnia
Parasomnia adalah perilaku yang dapat mengganggu tidur atau muncul saat seseorang tidur.
3. Hipersomnia
Hipersomnia adalah kebalikan dari insomnia, yaitu tidur yang berlebihan terutama pada siang hari.
4. Narkolepsi
Narkolepsi adalah rasa kantuk yang tidak tertahankan yang muncul secara tiba-tiba.
1. Insomnia
Insomnia adalah ketidakmampuan memenuhi kebutuhan tidur, baik secara kualitas maupun kuantitas. Ada 3 jenis insomnia, yaitu:
a. Insomnia inisial, yaitu kesulitan untuk memulai tidur.
b. Insomnia intermiten, yaitu kesulitan untuk tetap tertidur karena seringnya terjaga.
c. Insomnia terminal, yaitu bangun terlalu dini dan sulit untuk tidur kembali.
2. Parasomnia
Parasomnia adalah perilaku yang dapat mengganggu tidur atau muncul saat seseorang tidur.
3. Hipersomnia
Hipersomnia adalah kebalikan dari insomnia, yaitu tidur yang berlebihan terutama pada siang hari.
4. Narkolepsi
Narkolepsi adalah rasa kantuk yang tidak tertahankan yang muncul secara tiba-tiba.
7
5. Apnea saat tidur
Apnea saat tidur atau sleep apnea adalah kondisi terhentinya napas secara periodik pada saat tidur.
Apnea saat tidur atau sleep apnea adalah kondisi terhentinya napas secara periodik pada saat tidur.
J. Konsep pemenuhan aktifitas
1. Pengertian mobilisasi
Mobilisasi adalah suatu kondisi dimana tubuh dapat melakukan kegiatan dengan bebas (kosier, 1989).
Mobilisasi adalah suatu kondisi dimana tubuh dapat melakukan kegiatan dengan bebas (kosier, 1989).
2. Iengertian immobilitas
immobilitas secara garis besar merupakan
sindrom kemunduran fisiologis yang disebabkan oleh:
- penurunan aktivitas
- ketidakberdayaan
Adapun
dampak yang disebabkan karena immobilisasi adalah :
1. Timbulnya
berbagai penyakit, contohnya :
- Otot menjadi kisut (atrofi)
- Sendi kaku
- Infeksi saluran nafas
- Infeksi saluran kencing dan sembelit
- Luka lecet pada jaringan kulit yang ditekan akibat tirah baring lama
2. Ketergantungan kepada
orang lain
3. Rendahnya kualitas hidup
4. Kematian
K.Prinsip
mekanika tubuh
Mekanik tubuh adalah usaha
koordinasi diri muskoloskeletal dansistem saraf untuk mempertahankan
keseimbangan yang tepat. Mekanikatubuh dan ambulasi merupakan bagian dari
kebutuhan aktivitas manusia Gravitasi merupakan prinsip yang pertama yang harus
diperhatikandalam melakukan mekanika tubuh dengan benar, yaitu memandang gravitasi
sebagai sumbu dalam pergerakan tubuh. Keseimbangan adalah penggunaan
mekanika tubuh
dicapai dengan cara mempertahankan
posisigaris gravitasi diantara pusat gravitasi dan dasar tumpuhan. Berat
dalammenggunakan mekanika tubuh yang sangat diperhatikan adalah berat
atau bobot benda yang akan diangkat karena berat benda akan
mempengaruhimekanika tubuh.
Pergerakan Dasar dalam Mekanika
Tubuh mekanika tubuh dan ambulasi merupakan bagian darikebutuhan aktifitas
manusia.
1)Gerakan( ambulating)
Gerakan yang benar akan membantu
mempertahankan keseimbangan tubuh. Misal, orang yang berdiri akan lebih mudah stabil
dibanding orang yang berjalan, karena pada posisi berjalan terjadi perpindahan dasar tumpuan dari
sisi yang satu ke sisi yanglain.
2) Menahan (Squatting)
Dalam menahan sangat
diperlukan dasar tumpuan yang tepat untuk mencegah kelainan tubuh dan
memudahkan gerakan yang akan dilakukan.
3) Menarik (P ulling)
Beberapa hal yang perlu
diperhatikan sebelum menarik benda,diantaranya ketinggian, letak benda, posisi
kaki dan tubuh sewaktu menarik (seperti condong ke depan dari panggul),
sodorkan telapak tangan dan lengan atas dibawah pusat gravitasi pasien,
lengan atas dan siku diletakkan pada permukaan tempat tidur, pinggul, lututdan pergelangan
kaki ditekuk dan lalu lakukan penarikan.
4 Mengangkat( lifting
)Mengangkat merupakan pergerakan daya tarik. Gunakan otot-otot besar dari
tumit, paha bagian atas dan kaki bagian bawah, perut dan pinggul untuk
mengurangi rasa sakit pada daerah tubuh bagian belakang.
5) Memutar (pivoting)
Memutar gerakan utuk memutar
anggota tubuh dan bertumpu padatulang
belakang.
L. Pengaruh
patologis pada kesejajaran tubuh dan mobilisasi
Banyak kondisi patologis yang
mempengaruhi kesejajaran tubuh dan mobilisasi.Ada empat
pengaruh patologis pada kesejajaran
tubuh dan mobilisasi yaitu kelainan postur,gangguan perkembangan otot
,kerusakan system saraf pusat, dan trauma langsung pada system musculoskeletal.
·
Kelainan Postur
Kelainan postur yang didapat atau
congenital mempengaruhi efisiensi system musculoskeletal,seperti kesejajaran
tubuh,keseimbangan ,dan penampilan.Selama pengkajian fisik , perawat
mengobservasi kesejajaran tubuh dan rentang gerak.Kelainan postur menggangu
kesejajaran tubuh dan mobilisasi keduanya
·
Gangguan Perkembangan Otot
Distrofi muscular adalah sekumpulan
gangguan yang menyebabkan oleh degenerasi serat otot skelet.Prevalensi penyakit
otot terbanyak pada anak ,karakteristik disterifi muscular adalah
progresif,kelemahan simetris dari kelompok otot skelet,dengan peningkatakan
ketidakmampuan dan deformitas.
·
Kerusakan Sistem Saraf Pusat
Kerusakan komponen system saraf
pusat yang mengatur pergerakkan volunteer mengakibatkan gangguan kesejajaran
tubuh dan mobilisasi.Jalur motorik pada serebrum dapat dirusak oleh trauma
karena cidera kepala,iskemia karena cidera serebrovaskuler(stroke),atau infeksi
bakteri karena meningitis.Gangguan motorik langsung berhubungan dengan jumlah
kerusakan pada jalur motorik.Misalnya ,sesorang yang mengalami hemoragik
serebral kanan disertai nekrosis total,mengakibatkan kerusakan jalur motorik
kanan dan hemiplegia pada tubuh bagian kiri.
·
Trauma Langsung Pada Sistem Muskuloskeletal
Trauma langsung pada system
musculoskeletal menyebabkan memar,kontusio,salah urat dan fraktur.Fraktur
adalah terputusnya kontinuitas jarinagan tulang.Fraktur terjadi karena
deformitas tulang (misalnya: fraktopatologis karena osteoporosis,penyakit
plaget dan ostoe genesis imperfekta)
TIRAH BARING
Tirah baring merupakan suatu
intervensi dimana klien dibatasi untuk berada ditempat tidur untuk tujuan
terapeutik.Tirah baring mempunyai pengertian yang berbeda-beda diantara
perawat,dokter,dan tim kesehatan lainnya.Klien dalam kondisi bervariasi
dimasukkan dalam kategori tirah baring.Lamanya tirah baring tergantung penyakit
atau cidera dan status
kesehatan klien sebelumnya.
·
Tujuan Tirah Baring
a.
Mengurangi aktivitas fisik dan kebutuhan oksigen tubuh
b.
Mengurangi nyeri ,meliputi nyeri pasca operasi ,dan kebutuhan analgesic dengan
dosis besar
c.
Memungkinkan klien sakit atau lemah untuk istirahat dan mengembalikan kekuatan
d. Memberi
kesempatan kepada klien yang lebih untuk beristirahat tanpa terganggu
M. Dampak
fiologis pada imobilisasi
Apabila ada perubahan
mobilisasi,maka setiap system tubuh berisiko terjadi gangguan.Tingkat keparahan
dari gangguan tersebut tergantung pada umur klien,kondisi,dan kesehatan.Secara
keseluruhan serta tingkat imobilisasi yang dialami.Misalnya,perkembangan
pengaruh imobilisasi lansia berpenyakit kronik lebih cepat dibandingkan
dengan klien yang ebih muda.
·
Perubahan Metabolik
Sistem endokkrin , merupakan
produksi hormone –sekresi kelenjar,membantu mempertahankan dan mengantur funsi
vital seprti:
1.(respon terhadap stress dan cidera),
2.(pertumbuhan dan perkembangan ),
3.(reproduksi),
4.(homeostatis ion),
5.(metabolisime energi)
Cidera atau sters terjadi,system
endokrin memicu serangkain respon yang bertujuan mempertahankan tekanan darah
dan memelihara hidup.Sistem endokrin penting dalam mempertahankan homeostatis
ion.
·
Perubahan Sistem Resopiratori
Klien pasca operasi dan imobilisasi
berisiko lebih tinggi mengalami komplikasi paru-paru.Komplikasi paru-paru yang
paling umum adalah antelektasis dan pneumonia hipostatik.Pada
atelektasis,bronkeolus menjadi tertutup oleh adanya sekresi dan kolab alveolus
distal karena udara yang diabsosbsi,sehingga menghasilkan hipoventilasi.Bronkus
utama atau beberapa bronkeolus kecil dapat terkena.Luasnya atelektasis
ditentukan oleh bagian yang tertutup.Pneumonia hipostatik adalah peradangan
paru-paru pada skibat statisnya sekresi.Atelekstatis dan pneumonia hipostatik ,
kedunya sma-sama menurunkan oksigenasi ,memperlama penyembuhan ,dan menambah kenyamanan
klien.
·
Perubahan Sistem Kardiovaskuler
Sistem kardiovaskuler juga
dipengaruhi oleh imobilisasi.Ada tiga perubahan utama yaitu : hipotensi
ortostatik,peningkatan beban kerja jantung,dan pembentukan thrombus.
·
Hipotensi Ortostatik
Adalah penurunan tekanan darah
sitolik 25 mmhg dan diastolic 10 mmhg ketika klien bangun dari posisi berbaring
atau duduk keposisi berdiri.
·
Perubahan Muskuloskeletal
Pengaruh imobilisasi pada system
musculoskeletal meliputi gangguan mobilisasi permanen keterbatasan imobilisasi
mempengaruhi otot klien melalui daya tahan. Penurunan masa otot,atrofi dan
penurunan stabilitas. Pengaruh lain dari keterbatasan mobilisasi yang
mempengaruhi system skeletal adalah gangguan metabolism kalsium dan gangguan mobilisasi
sendi.
·
Pengaruh Otot
Akibat pemecahan protein.Klien
mengalami kehilangan masa tubuh ,yang membentuk sebagian otot oleh karena
itu,penurunan masa otot tidak mampu mempertahankan aktivitas tanpa peningkatan
kelelahan.
·
Pengaruh Skelet
Imobilisasi menyebabkan dua
perubahan terhadap skelet:gangguan metabolism kalsium dan kelainan sendi.Karena
imobilisasi berakibat pada resorbsi tulang,sehingga jaringan tulang menjadi
kurang padat dan terjadi osteoporosis.
·
Kontraktur sendi
Adalah kondisi abnormal dan biasa
ditandai oleh sendi fleksi dan terfiksasi.Hal ini disebabkan tidak digunakanya
,atrofi dan pemendekan serat otot.Jika terjadi kontraktur maka sendi tidak
dapat mempertahankan rrentan gerak dengan penuh.Sayangnya kontraktur
sering menjadikan sendi pada posisi yang tidak berfungsi.
·
Perubahan Sistem integument
Dekubitus terjadi akibat iskemia dn
anaksia jaringan.Jarinagan yang tertekan ,darah membelok,dan konstriksi kuat
pada pembuluh darah akibat tekanan persisten pada kulit dan sturktur dibawah
kulit,sihingga respirasi selular terganggu,dan sel menjadi mati.Dekibitus
adalah salah satu penyakit iatrogenic paling umum dala perawatan
kesehatan dimana berpengaruh terhadap populasi klien khusus lansia dan imobilisasi.
·
Perubahan Eliminasi Urine
Eliminasi urine klien berubah
adanya imobilisasi.Pada posisi tegak lurus,urine mengalir keluar dari pelvis
ginjal lalu masuk kedalam ureter dan kandung kemih akibat gravitasi.
·
Batu Ginjal
Adalah batu kalsium yang terletak
didalam pelvis ginjal dan melewati ureter.Klien imobilisasi berisiko terjadi
pembentukan batu karena gangguan metabolisme kalsium dan akibat hiperkalsemia.
N. Pengaruh psikologis dari imobilisasi
Imobilisasi menyebabkan respon
emosional,intelektual,sensori,dan sosikultural.Perubahan status emosional biasa
terjadi bertahap.Bagaimanpun juga lansia lebih rentan terhadap
perubahan-perubahan tersebut.Sehingga perawat harus mengobservasi lebih
dini.Perubahan emosional paling umum adalah depresi,perubahan
perilaku,perubahan siklus tidur bangun,dan gangguan koping.Perkembangan
pertumbuhan terjadi pada:
1. Bayi
Tulang belakang bayi baru lahir
berkurangnya garis antero-posterior yang ada pada orang dewasa .Garis tulang
belkang pertama kali muncul ketika bayi memanjangkan leher pada posisi
prone.Sejalan dengan pertumbuhan dan peningkatan stabilitas,tulang belakang
torakal menjadi tegak,dan garis tulang belakang lumbal muncul,sehingga
memungkinkan duduk dan berdiri.
2. Todler
Postur toddler agak bepunggung
lentur dengan perut menonjol.
3. Anak
usia pra sekolah atau sekolah
Pada usia 3 tahun tubuh lebih
ramping, lebih tinggi dan lebih baik
keseimbangan.Perut yang menonjol lebih berkurang.
4. Remaja
Tahap remaja biasa ditandai dengan
pertumbuhan yang pesat pertumbuhan kadng tidak seimbang.
5. Dewasa
Orang dewasa yang mempunyai postur
dan kesejajaran tubuh yang benar merasa senang,terlihat bagus.Dan umumnya
percaya diri.
6. Lansia
Lansia kehilangan total massa
tulang progresif terjadi pada lansia.Beberapa kemungkina
untuk penyebab kehilangan ini
meliputi aktivitas fisik ,perubahan hormonal ,dan resorbsi tulang
actual.Pengaruh kehilangan tulang adalah tulang menjadi lebih lemah : tulang
belakang lebih lunak dan tertekan ,tulang panjang kurang resisten untuk
membungkuk.
O.Prosedur memindahkan pasien
A. Pengertian:
Suatu kegiatan yang dilakuan pada
klien dengan kelemahan kemampuan fungsional untuk berpindah dari tempat tidur
ke kursi.
B. Tujuan:
1. Melatih ototo skelet untuk mencegah
kontraktur atau sindro disuse
2. Memberikan
kenyamanan
3. Mempertahankan
kontrol diri pasien
4. Memungkinkan
pasien untuk bersosialisasi
5. Memudahkan
perawat yang akan mengganti seprei (pada klien yang toleransi dengan kegiatan
ini)
6. Memberikan
aktifitas pertama (latihan pertama) pada klien yang tirah baring
7. Memindahkan
pasien untuk pemeriksaan diagnostik.
C. Langkah:
1. Ikuti protokol standar
2. Bantu klien ke posisi duduk di tepi
tempat tidur. Buat posisi kursi pada sudut 45 derajat terhadap tempat tidur.
Jika menggunakan kursi roda, yakinkan bahwa kurisi ini dalam posisi terkunci
3. Pasang sabuk pemindahan pila perlu,
sesuai kebijakan lembaga
4. Yakinkan bahwa klien menggunakan
sepatu yang satabil dan anti slip
5. Regangkan kedua kaki anda
6. Fleksikan panggul dan lutut anda,
sejajarkan lutut anda dengan klien
7. Pegang sabuk pemindahan dari bawah
atau gapai melalui aksila klien dan tempatkan tangan pada skapula klien
8. Angkat klien sampai berdiri pada
hitungan 3 sambil meluruskan panggul andan dan kaki, pertahankan lutut agak
fleksi
9. Pertahankan stabilitas kaki yang lemah
atau sejajarkan dengan lutut anda
10. Berporos
pada kaki yang lebih jauh dari kursi, pindahkan klien secara langsung ke depan
kursi
11. Instruksikan
klien untuk menggunakan penyangga tangan pada kursi untuk menyokong
12. Fleksikan
panggul anda dan lutut saat menurunkan klien ke kursi
13. Kaji
klien untuk kesejajaran yang tepat
14. Stabilkan
tungkai dengan slimut mandi
15. Ucapkan
terimakasih atas upaya klien dan puji klien untuk kemajuan dan penampilannya
16. Lengkapi
akhir protokol
Sumber;
Perry,
Peterson, Potter; Buku Saku Keterampilan dan Prosedur Dasar
Azis
Alimul Hidayat, S.Kp; Buku Saku Praktikum KDM
P. Prosedur ROM
1. Definisi
ROM (Range of Motion) Yaitu derajat
untuk mengukur kemampuan suatu tulang, otot dan sendi dalam melakukan
pergerakan
ROM (Range of Motion)
2. Manfaat
2. Manfaat
ROM bermanfaat untuk :
a. Menentukan nilai kemampuan sendi tulang dan otot dalam melakukan pergerakan
b. Mengkaji tulang sendi, otot
c. Mencegah terjadinya kekakuan sendi
d. Memperlancar sirkulasi darah
3. Macam-macam ROM
a. Menentukan nilai kemampuan sendi tulang dan otot dalam melakukan pergerakan
b. Mengkaji tulang sendi, otot
c. Mencegah terjadinya kekakuan sendi
d. Memperlancar sirkulasi darah
3. Macam-macam ROM
- ROM tulang leher:
• Sentuhlah dagu ke dada
• Sentuhlah dagu ke dada
• Lihat arah langit-langit
• Sentuhlah telinga ke masing-masing bahu
• Sentuhlah dahu ke masinng-masung bahu
• Sentuhlah telinga ke masing-masing bahu
• Sentuhlah dahu ke masinng-masung bahu
- ROM tulang lumbal
• Sentuhlah kaki dengan jari-jari tangan
• Rentangkan ke arah belakang dengan lambat
• Rentangkan ke arah kiri dengan kanan
• Putar bahu ke arah kanan dan kiri
- ROM bahu
• Lengan lurus dengan badan gerakan ke atas
• Lengan lurus digerakkan ke arah belakang
• Gerakkan tangan kondisi lurus ke atas ke arah luar
• Gerakkan tangan kondisi lurus ke badan
- ROM siku
• Sentuhlah tangan ke bahu
• Luruskan siku
- ROM tangan
• Bengkokan tangan ke arah baawh
• Bengkokan tangan ke arah atas
• Bengkokan tangan ke arah luar (kelingking)
• Bengkokoan tangan ke ibu jari
- ROM panggul klien dalam posisi berbaring
• Tekuk lutut gerakkan ke arah dada
• Pertahankan kaki lurus gerakkan menjauhi dada
• Tengkurp, kaki diangkat
- ROM lutut
• Bengkokan lutut
• Luruskan lutut
- ROM angkle
• Gerakkan kaki ke atas
• Gerakkan kaki menuju lantai
• Berjalan dengan sisi luar kaki
• Berjalan dengan jari-jari kaki
- ROM angkle
• Gerakkan kaki ke atas
• Gerakkan kaki menuju lantai
• Berjalan dengan sisi luar kaki
• Berjalan dengan jari-jari kaki
4. Latihan Isometri
1. Berbaring terlentang/dengan posisi duduk dengan diperluas, tekankan lutut kebawah, menekan permukaan tempat tidur.
2. Posisi badan terlentang, usahakan tarik perut ke dalam atau mengempiskan perut
3. Tekan telapak kaki kelantai selagi duduk dengan lutut sedikit difleksi
4. Kepalkan tangan dengan kuat bisa juga meremas bola karet kecil
5. Pegang ke-2 tangan di depan dada kemudian tarik masing-masing keuar
6. Dengan posisi terlentang kemudian tekan telapak tangan ke bawah ke arah permukaan matras.
Sumber :
http://wikimedya.blogspot.com
Q. Pengaturan
posisi klien
1. Posisi Fowler
Posisi fowler adalah posisi setengah duduk a.tau duduk, di mana bagian kepala tempat tidur lebih tinggi atau dinaikan. Posisi ini dilakukan untuk mempertahankan kenyamanan dan memfasilitasi fungsi pernapasan pasien.
Tujuan :
a. Mobilisasi
b. Memberikan perasaan nyaman pada pasien yang sesak napas
c. Memudahkan perawatan misal memberi makan.
Pelaksanaan :
Posisi fowler adalah posisi setengah duduk a.tau duduk, di mana bagian kepala tempat tidur lebih tinggi atau dinaikan. Posisi ini dilakukan untuk mempertahankan kenyamanan dan memfasilitasi fungsi pernapasan pasien.
Tujuan :
a. Mobilisasi
b. Memberikan perasaan nyaman pada pasien yang sesak napas
c. Memudahkan perawatan misal memberi makan.
Pelaksanaan :
a. Pasien sesak napas
b. Pasien pasca operasi struma, hidung.
Cara:
1. Dudukkan pasien
2. Berikan sandaran pada tempat tidur pasien atau atur tempat tidur, untuk posisi semifowler (30-45 derajat) dan untuk fowler (90 derajat)
3. Anjurkan pasien untuk tetap berbaring setengah duduk
2. Posisi Sim
Posisi sim adalah posisi miring ke kanan atau miring ke kiri. Posisi ini dilakukan untuk memberi kenyamanan dan memberikan obat per anus (supositoria).
Pelaksanaan :
a. Pada pasien dengan pemeriksaan rectal
b. Memberikan huknah, injeksi IM di otot gluteus maximus dll
1. Dudukkan pasien
2. Berikan sandaran pada tempat tidur pasien atau atur tempat tidur, untuk posisi semifowler (30-45 derajat) dan untuk fowler (90 derajat)
3. Anjurkan pasien untuk tetap berbaring setengah duduk
2. Posisi Sim
Posisi sim adalah posisi miring ke kanan atau miring ke kiri. Posisi ini dilakukan untuk memberi kenyamanan dan memberikan obat per anus (supositoria).
Pelaksanaan :
a. Pada pasien dengan pemeriksaan rectal
b. Memberikan huknah, injeksi IM di otot gluteus maximus dll
Cara:
1. Pasien dalam keadaan berbaring, kemudian miringkan ke kiri dengan posisi badan setengah telungkup dan kaki kiri lurus lutut. Paha kanan ditekuk diarahkan ke dada
2. Tangan kiri diatas kcpala atau di belakang punggung dan tangan kanan di atas tempat tidur
3. Bila pasien miring ke kanan dengan posisi badan setengah telungkup dan kaki kanan lurus, lutut, dan paha kiri ditekuk diarahkan ke dada
4. Tangan kanan di atas kepala atau di belakang punggung dan tangan kiri di atas tempat tidur
1. Pasien dalam keadaan berbaring, kemudian miringkan ke kiri dengan posisi badan setengah telungkup dan kaki kiri lurus lutut. Paha kanan ditekuk diarahkan ke dada
2. Tangan kiri diatas kcpala atau di belakang punggung dan tangan kanan di atas tempat tidur
3. Bila pasien miring ke kanan dengan posisi badan setengah telungkup dan kaki kanan lurus, lutut, dan paha kiri ditekuk diarahkan ke dada
4. Tangan kanan di atas kepala atau di belakang punggung dan tangan kiri di atas tempat tidur
3. Posisi Trendelenburg
posisi pasiom berbaring di tempat tidur dengan bagian kepala lebih rendah daripada bagian kaki. Posisi ini dilakukan untuk mdancarkan perdaran darah ke otak.
Tujuan :
a. Supaya darah lebih banyak mengalir kedaerah kepala
b. Memudahkan operasi di daerah perut
Pelaksanaan :
a. Pada pasien syok
b. Tekanan darah rendah
c. Pasien dengan pemeriksaan tertentu misal broncoscopy
Cara:
1.
Pasien dalam keadaan berbaring telentang, letakan
bantal di antara kepala dan ujung tempati tidur pasien, dan berikan bantal
dibawah lipatan lutut.
2. Berikan balok penopang pada bagian kaki tempat tidur atau atur tempat tidur khusus dcngan meninggikan bagian kaki pasien.
2. Berikan balok penopang pada bagian kaki tempat tidur atau atur tempat tidur khusus dcngan meninggikan bagian kaki pasien.
4. Posisi Dorsal Recumbent
Pada posisi ini pasien berbaring tele;ntang dengan kedua lutut ficksi (ditarik atau direnggangkan) di atas tempat tidur. Posisi ini dilakukan untuk merawat dan memc;riksa genitalia scrta proses persalinan.
Dilaksanakan pada pasien dengan pemeriksaan ginecology, pemeriksaan genitalia, pelaksanaan perasat pasang kateter, vulva hygiene.
Cara:
1.
Pasien dalam keadaan berbaring telentang, pakaian bawah
di buka
2. Tekuk lutut, renggangkan paha, telapak kaki menghadap ke tempat tidur dan renggangkan kedua kaki.
3. Pasang selimut
2. Tekuk lutut, renggangkan paha, telapak kaki menghadap ke tempat tidur dan renggangkan kedua kaki.
3. Pasang selimut
5. Posisi Litotomi
Posisi berbaring telentang dengan mengangkat kedua kaki dan menariknya ke atas bagian perut. Posisi ini dilakukan untuk memeriksa genitalia pada proses persalinan, dan memasang alat kontrasepsi.
Cara:
1. Pasien dalam kcadaan berbaring telentang, kemudian angkat kedua paha dan tarik ke arah perut
2. Tungkai bawah membentuk sudut 90 derajat terhadap paha
3. Letakkan bagian lutut/kaki pada tempat tidur khusus untuk posisi lithotomic
4. Pasang selimut
6. Posisi Genu Pectoral/knee cees
Pada posisi ini pasien menungging dengan kcdua kaki ditekuk dan dada menempel pada bagian alas tempat tidur. Posisi ini dilakukan untuk mcmcriksa daerah rektum dan sigmoid.
Cara:
1. Anjurkan pasien untuk posisi menungging dengan kedua kaki ditekuk dan dada mencmpel pada kasur tempat tidur.
2. Pasang selimut pada pasien.
1. Anjurkan pasien untuk posisi menungging dengan kedua kaki ditekuk dan dada mencmpel pada kasur tempat tidur.
2. Pasang selimut pada pasien.
R. Prosedur penggunaan alat bantu aktivitas
KRUK
Kruk adalah alat bantu yang terbuat dari logam atau pun kayu dengan
panjang yang cukup untuk diraih dari axilla sampai ke tanahatau lantai. Kruk
memiliki permukaan cekung yang disesuaikan di bawah lengan dan sebuah balok
melintang untuk tangan untuk menyangga berat badan.
Jenis-jenis Kruk
Pada dasarnya
kruk dibagi dua yaitu kruk axilla dan kruk nonaxilla. Kruk nonaxilla dapat
mentransfer 40-50% berat badan, sedangkan kruk axilla dapat mentransfer sampai
80% berat badan. Hal ini membuat kruk axilla lebih baik dalam menopang badan.
Kruk axilla memiliki dua bidang tegak lurus yaitu
penopang bahu dan pegangan tangan. Kruk tersedia dalam berbagai ukuran berbeda.
Extension crutch pada kruk merupakan tambahan agar panjang kruk dapat
disesuaikan, sehingga berguna pada anak-anak yang dalam proses pertumbuhan agar
dapat disesuaikan dengan perubahan tinggi anak. Selain itu berguna di rumah
sakit agar dapat digunakan oleh banyak orang. “Kruk ortho” memiliki
penyangga bahu yang berkontur dan pegangan tangan yang dapat disesuaikan,
sehingga lebih nyaman dalam penggunaannya.
WALKER
Walker adalah salah satu alat bantu berjalan yang kerangkanya terbuat
dari bahan logam. Alat ini dilengkapi dengan dua gagang yang berfungsi sebagai
tempat yang penggunaannya digunakan sebagai tempat pegangan serta menggunakan
empat kaki sebagai penumpunya. Salah satu jenis walker adalah standar walker.
Standar walker
Walker jenis ini biasanya digunakan untuk orang tua yang masih kuat
mengangkat alat ini untuk berjalan, biasanya orang yang menggunakan alat ini
membutuhkan bantuan dari
orang lain.
TEHNIK LATIHAN
DENGAN ALAT BANTU
Tehnik
latihan jalan dengan alat bantu dapat dilakukan dengan berbagai tipe,
diantaranya adalah : Full Weight Bearing ( FWB) : tehnik jalan dng cara
tungkai(LE) menyangga penuh berat badan/diberi beban penuh. Tanpa alat bantu.
Partial Weight Bearing (PWB) : tehnik jalan dng cara tungkai (LE) menyangga
sebagian dari BB/ diberi beban sebagian pakai alat bantu. Non Weight Bearing
(NWB) : tehnik jalan dng cara tungkai (LE) tidak menyangga BB/ tanpa beban.
Jenis-jenis alat bantu yang dipakai di antaranya:
v WALKER
v AXILLA KRUK
v CANADIAN KRUK
v TRIPOD / QUADRIPOD
v STICK
MANFAAT PENGGUNAAN ALAT BANTU BERJALAN PASIEN
- Memelihara dan mengembalikan fungsi otot.
- Mencegah kelainan bentuk, seperti kaki menjadi
bengkok.
- Memelihara
dan meningkatkan kekuatan otot.
- Mencegah
komplikasi, seperti otot mengecil dan kekakuan sendi.
UNIVERSAL PRECAOTION
Kewaspadaan Universal
(Universal Precaution) adalah kewaspadaan terhadap darah dan cairan tubuh yang
tidak membedakan perlakuan terhadap setiap pasien, dan tidak tergantung pada diagnosis
penyakitnya (kamus-medis)
Cara agar petugas perawatan kesehatan dapat menghindari infeksi dari infeksi yang diangkut aliran darah, seperti HIV atau hepatitis B dan C.
Cara agar petugas perawatan kesehatan dapat menghindari infeksi dari infeksi yang diangkut aliran darah, seperti HIV atau hepatitis B dan C.
S.Sterilisasi alat
Sterilisasi
adalah setiap proses baik fisika, kimia dan mekanik yang membunuh semua bentuk
kehidupan
terutama mikroorganisme atau usaha untuk membebaskan alat dan bahan dari seala
bentuk kehidupan terutama mikrobia.
Suatu alat atau bahan dikatakan steril apabila alat atau bahan tersebut bebas dari mikrobia, baik dalam bentuk veetatif ataupun spora.
Suatu benda atau substansi hanya dapat dikatakan steril atau tidak steril, tidak akan pernah munkin ada setengah steril atau hamper steril.
Untuk sterilisasi alat dan medium diunakan sterilisasi dengan mengunakan alat yang disebut autoclave. Autoclaf adalah alat untuk mensterilkan berbagai macam alat dan medium kultur jaringan tumbuhan denan mengunakan tekanan 15 psi (1,02 atm) dan suhu 121°C . Suhu dan tekanan tinggi yang diberikan kepada alat dan media kultur jarinan tumbuhan yang disterilkan memberikan kekuatan yang lebih besar untuk membunuh sel dibandingkan dengan udara panas. Biasanya untuk mensterilkan media diunakan suhu 121°C dan tekanan 15 lb/in² (SI = 103,4 Kpa) selama 15 menit. Alasan digunakan 121°C atau 249,8°F adalah karena air mendidih pada suhu tersebut jika digunakan tekanan 15 psi. Untuk tekanan 0 psi pada ketinggian di permukaan laut (sea level) air mendidih pada suhu 100°C, sedangkan untuk autoclave yan diletakkan pada ketingian yang sama, mengunakan tekanan 15 psi maka air akan mendidih pada suhu 121°C. Kejadian ini hanya berlaku untuk sea level, jika dilaboratorium yang terletak pada ketinggian tertentu, maka pengaturan tekanan perlu diseting ulang. Misalnya autoclave diletakkan pada ketinggian 2700 kaki dpl, maka tekanan dinaikkan menjadi 20 psi supaya tercapai suhu 121°C untuk mendidihkan air. Semua bentuk kehidupan akan mati jika dididihkan pada suhu 121°C dan tekanan 15 psi selama 15 menit.
Suatu alat atau bahan dikatakan steril apabila alat atau bahan tersebut bebas dari mikrobia, baik dalam bentuk veetatif ataupun spora.
Suatu benda atau substansi hanya dapat dikatakan steril atau tidak steril, tidak akan pernah munkin ada setengah steril atau hamper steril.
Untuk sterilisasi alat dan medium diunakan sterilisasi dengan mengunakan alat yang disebut autoclave. Autoclaf adalah alat untuk mensterilkan berbagai macam alat dan medium kultur jaringan tumbuhan denan mengunakan tekanan 15 psi (1,02 atm) dan suhu 121°C . Suhu dan tekanan tinggi yang diberikan kepada alat dan media kultur jarinan tumbuhan yang disterilkan memberikan kekuatan yang lebih besar untuk membunuh sel dibandingkan dengan udara panas. Biasanya untuk mensterilkan media diunakan suhu 121°C dan tekanan 15 lb/in² (SI = 103,4 Kpa) selama 15 menit. Alasan digunakan 121°C atau 249,8°F adalah karena air mendidih pada suhu tersebut jika digunakan tekanan 15 psi. Untuk tekanan 0 psi pada ketinggian di permukaan laut (sea level) air mendidih pada suhu 100°C, sedangkan untuk autoclave yan diletakkan pada ketingian yang sama, mengunakan tekanan 15 psi maka air akan mendidih pada suhu 121°C. Kejadian ini hanya berlaku untuk sea level, jika dilaboratorium yang terletak pada ketinggian tertentu, maka pengaturan tekanan perlu diseting ulang. Misalnya autoclave diletakkan pada ketinggian 2700 kaki dpl, maka tekanan dinaikkan menjadi 20 psi supaya tercapai suhu 121°C untuk mendidihkan air. Semua bentuk kehidupan akan mati jika dididihkan pada suhu 121°C dan tekanan 15 psi selama 15 menit.
T. Pemakaian APD
adalah seperangkat alat yang digunakan oleh tenaga
kerja untuk melindungi seluruh/sebagian tubuhnya terhadap kemungkinan adanya
potensi bahaya/kecelakaan kerja.
APD dipakai sebagai upaya terakhir dalam usaha melindungi tenaga kerja apabila usaha rekayasa (engineering) dan administratif tidak dapat dilakukan dengan baik. Namun pemakaian APD bukanlah pengganti dari kedua usaha tersebut, namun sebagai usaha akhir
APD dipakai sebagai upaya terakhir dalam usaha melindungi tenaga kerja apabila usaha rekayasa (engineering) dan administratif tidak dapat dilakukan dengan baik. Namun pemakaian APD bukanlah pengganti dari kedua usaha tersebut, namun sebagai usaha akhir
TOPI PENGAMAN
Untuk penggunaan yang bersifat umum dan pengaman dari tegangan listrik yang terbatas.
Tahan terhadap tegangan listrik tinggi.Tanpa perlindungan terhadap tenaga listrik,biasanya terbuat dari logam yang digunakan untuk pemadam kebakaran.
Untuk penggunaan yang bersifat umum dan pengaman dari tegangan listrik yang terbatas.
Tahan terhadap tegangan listrik tinggi.Tanpa perlindungan terhadap tenaga listrik,biasanya terbuat dari logam yang digunakan untuk pemadam kebakaran.
APD
RESPIRATOR dan KACAMATA
Mudah dikenakan.
Cocok untuk kasus berisiko kecil dan menengah.
Mudah dikenakan.
Cocok untuk kasus berisiko kecil dan menengah.
ALAT
PELINDUNG MUKA DAN MATA
( FACE SHIELD )
Fungsi:
( FACE SHIELD )
Fungsi:
1. Melindungi muka dan mata dari:
2. Lemparan benda – benda kecil.
3. Lemparan benda-benda panas.
4. Pengaruh cahaya.
5. Pengaruh radiasi tertentu.
2. Lemparan benda – benda kecil.
3. Lemparan benda-benda panas.
4. Pengaruh cahaya.
5. Pengaruh radiasi tertentu.
ALAT PELINDUNG TELINGA
(ear protector)
Sumbat Telinga
Sumbat telinga yang baik adalah menahan frekuensi tertentu saja,sedangkan frekuensi untuk bicara biasanya (komunikasi) tak terganggu.
Kelemahan: tidak tepat ukurannya dengan lobang telinga pemakai, kadang-kadang lobang telinga kanan tak sama dengan yang kiri
Bahan sumbat telinga
Karet, plastik keras, plastik yang lunak, lilin, kapas.
Yang disenangi adalah jenis karet dan plastic lunak,karena bisa menyusaikan bentuk dengan lobang telinga.
Daya atenuasi (daya lindung) : 25-30 dB
Ada kebocoran dapat mengurangi atenuasi + 15 dB
Dari lilin :
(ear protector)
Sumbat Telinga
Sumbat telinga yang baik adalah menahan frekuensi tertentu saja,sedangkan frekuensi untuk bicara biasanya (komunikasi) tak terganggu.
Kelemahan: tidak tepat ukurannya dengan lobang telinga pemakai, kadang-kadang lobang telinga kanan tak sama dengan yang kiri
Bahan sumbat telinga
Karet, plastik keras, plastik yang lunak, lilin, kapas.
Yang disenangi adalah jenis karet dan plastic lunak,karena bisa menyusaikan bentuk dengan lobang telinga.
Daya atenuasi (daya lindung) : 25-30 dB
Ada kebocoran dapat mengurangi atenuasi + 15 dB
Dari lilin :
- bisa lilin
murni
- dilapisi
kertas
- kapas
RUANG LINGKUP KEBUTUHAN KESELAMATAN dan KEAMANAN
- kapas
RUANG LINGKUP KEBUTUHAN KESELAMATAN dan KEAMANAN
- Keselamatan Fisik
Mempertahankan keselamatan fisik melibatkan keadaan mengurangi atau
mengeluarkan ancaman pada tubuh dan kehidupan. Ancaman tersebut mungkin dapat
berupa penyakit, kecelakaan, bahaya atau
pemajanan pada lingkungan. Seorang klien mungkin
rentan terhadap komplikasi seperti infeksi oleh karena itu bergantung pada
profesional dalam sistem pelayanan kesehatan untuk perlindungan.
Memenuhi kebutuhan keselamatan fisik kadang mengambil prioritas terlebih dahulu
di atas pemenuhan kebutuhan fisiologis. Misal : Seorang perawat mungkin perlu
melindungi klien dari kemungkinan terjatuh sebelum memberikan pelayanan untuk
memenuhi kebutuhan nutrisi.
- Keselamatan Psikologis
Untuk aman dan selamat secara psikologis, seorang manusia harus memahami apa
yang diharapkan dari orang lain. Seseorang harus juga memahami apa yang
diharapkan prosedur, pengalaman yang baru dan yang tidak dikenal. Dalam
beberapa kasus, orang secara umum tidak secara langsung menyatakan bahwa
keselamatan psikologis mereka terancam, tetapi dari pembicaraan mereka
bisa secara tidak langsung memperlihatkan perasaan mereka. Klien yang sakit
atau cacat lebih rentan untuk terancam kesejahteraan fisik dan emosinya
sehingga intervensi yang dilakukan perawat adalah untuk membantu melindungi
mereka dari bahaya.
Kebutuhan keselamatan dan rasa aman
merupakan prioritas berikutnya setelah kebutuhan fisiologis klien . Merupakan
kebutuhan untuk melindungi diri dari berbagai bahaya yang mengancam, baik
terhadap fisik maupun psikososial . Ancaman tersebut dapat dikategorikan
kedalam ancaman fisik dan ancaman psikososial . Kebutuhan keselamatan dan
keamanan berkenaan dengan konteks fisiologis dan hubungan interpersonal. Dalam
konteks secara fisiologis, berhubungan dengan sesuatu yang mengancam tubuh
seseorang dan kehidupannya
, ancaman bisa nyata atau hanya imajinasi,
misalnya penyakit, nyeri, cemas, dsb. Terkadang klien kurang menyadari bahaya
yang dapat mengancam di RS atau tempat pelayanan kesehatan lainnya. Kesadaran
perawat dibutuhkan untuk menangani situasi yang mungkin dapat membuat klien
cidera. Perlindungan terhadap klien bukan hanya mencegah terjadinya kecelakaan
tetapi juga memelihara postur tubuh klien selama dirawat serta menjaga
kebersihan dan kesehatan kulit klien
Dalam konteks hubungan
interpersonal, keselamatan dan keamanan seseorang bergantung pada banyak faktor
diantaranya :
•
Kemampuan berkomunikasi
•
Kemampuan untuk mengontrol dan mengatasi masalah
•
Kemampuan untuk mengerti
•
Kemampuan untuk konsisten menjaga tingkah laku yang berhubungan dengan
orang lain
•
Mengenal orang-orang disekitarnya dan lingkungannya
Ketidaktahuan akan sesuatu atau
ketidakpastian akan membuat perasaan cemas dan tidak aman
KONSEP
KENYAMANAN
PENGERTIAN NYERI
Nyeri
merupakan kondisi berupa perasaan tidak menyenangkan bersifat sangat subjectif
karena perasaanya nyeri berbeda pada setiap orang dalam hal skala atau
tingkatannya dan hanya orang tersebut yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi
rasa nyeri yang di alaminya
Pendapat
beberapa ahli mengenai pengertian nyeri :
·
Arthur c. Curton 1983, mengatakan bahwa nyeri
merupakan suatu mekanis produksi bagi tubuh timbul ketika jaringan sedang di
rusak, dan menyebabkan individu tersebut bereaksi untuk menghilangkan
rangsangan nyeri
KLASIFIKASI NYERI
secara umum di bagi
menjadi 2, yaitu:
1.
nyeri akut adalah nyeri yang timbul secara mendadak dan
cepat menghilang, yang tidak melebihi 6 bulan yang di tandai adanya peningkatan
tegangan
otot.
2.
Nyeri kroni adalah nyeri yang timbul secara perlahan
lahan biasanya berlangsung dalam waktu cukup lama yaitu melebihi dari 6 bula
A.KONSEP NYERI
1.
penyalahgunaan obat dan alkohol akan bereaksi
berlebihan terhadap kenyamanan
2.
klien yang mengalami penyakit ringan dengan memiliki
nyeri yang lebih sedikit dari pada orang yang memiliki gangguan fisik yang
berat
3.
pemberian anal gesik secara teratur akan mengarah pada
ketergantungan obat
4.
jumlah kerusakan jaringan pada suatu cidera menunjukkan
secara akurat intensitas nyeri
B.PENGKAJIAN NYERI
Komponen
pengkajian nyeri : riwayat nyeri dan obserfasi langsung.
·
Lokasi
: nyeri superfisial biasanya dapat secara akurat ditunjukan oleh klien,
sedangkan nyeri yang timbul dari bagian dalam lebih dirasakan secara umum.nyeri
dapat pula dijelaskan menjadi 4 kategori yang berhubungan dengan lokas:
a)
Nyeri terlokalisir : jelas terlihat pada area asalnya.
b)
Nyeri terproyeksi : sepanjang saraf atau serabut saraf
spesifik.
c)
Nyeri radiasi
d)
Nyeri alih ( refferet pain )
·
Intensitas.
Beberapa faktor yang mempengaruhi nyeri :
a)
Distraksi / konsentrasi dari klien pada suatu kejadian
b)
Status kesadaran klien.
c)
Harapan klien.
Nyeri dapat berupa: ringan, sedang, berat / tak
tertahankan.
·
Waktu dan
lama ( time and duration )
Perawat perlu mencatat kapan nyeri timbul, berapa lama,
bagaimana timbulnya dan juga tanpa nyeri dan kapan nyeri terakhir timbul.
·
Kualitas
Mengkomunikasikan kualitas dari nyeri. Menganjurkan
klien megunakan bahasa yang dia ketahui.
·
Perilaku
non verbal
Ekspresi wajah, gemeretak gigi, menggigit bibir bawah,
·
Faktor lain
Beberapa faktor lain yang akan meningkatkan nyeri:
lingkungan, suhu ekstrim, kegiatan yang tiba tiba, stres, dan emosi.
arti nyeri pada seseorang pada seseorang memiliki banyak
perbedaan dan hampir sebagian arti nyeri merupakan yang negatif seperti
membahayakan, merusak, dll. Keadaan ini di pengarui oleh berbagai faktor
seperti usia, jenis kelamin, latar belakang sosial budaya, lingkungan dan pengalaman
C.MANAGEMEN NYERI
a)
farmakologi
farmakologi
di lakukan dengan memberikan obat obatan anti nyeri
b) Non farmakologi
1.
Akupuntur (pengobatan tradisional ala cina memakai
jarum)
2.
Kompres dingin
3.
Kompres panas
4.
Pemijatan
5.
Bantalan es
6.
Ala pijat elektronik
7.
Relaksasi otot secara progesif
8.
Relaksasi
9.
Yoga
10. Counterirritant
DAFTAR PUSTAKA
Potter, P.A., & Perry, A.G. (2005). Fundamental
Keperawatan (Edisi 4). Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta
Marilynn, D.E., dkk (2000). Rencana
Asuhan Keperawatan (Edisi 3). Penerbit Buku Kedokteran EGC,Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar